Pemasaran dalam konteks perpustakaan, merupakan suatu cara untuk mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan antara perpustakaan dengan pemakainya.
Proses pemasaran perpustakaan adalah rangkaian kegiatan yang berawal dari:
· menganalisa kebutuhan pemakai
· membangun komunikasi perpustakaan dengan pemakai
· penyajian produk untuk memenuhi kebutuhan.
Pemasaran adalah seni meramu 5P, yaitu:
1. People
Semua aktifitas pada dasarnya sangat tergantung pada orang yang melakukannya. Oleh karena itu pada setiap organisasi, investasi paling besar adalah dialokasikan pada pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Ada 2 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen perpustakaan dalam hal membentuk SDM tangguh, yaitu:
· harus mempunyai kompetensi di bidangnya yang tercermin pada tingkat dan jenis pendidikan yang telah diraihnya.
· harus mempunyai komitmen bagi kemajuan organisasi yang menaunginya.
2. Product
Dalam konteks perpustakaan, produk adalah jasa yang ditawarkan, seperti koleksi, jasa rujukan, internet, dll. Produk mempunyai siklus normatif yaitu mulai dari lahir, berkembang, mencapai puncak, kemudian meredup. Koleksi yang dimiliki perpustakaan juga mempunyai siklus hidup. Sebuah buku bisa mengalami peminjaman yang sangat tinggi pada waktu tertentu, kemudian setelah beberapa waktu tidak lagi dibutuhkan oleh pemustaka.
Untuk mempunyai siklus yang panjang, sebuah produk harus mempunyai atribut (karakteristik yang melekat). Misalnya jasa rujukan, mempunyai atribut koleksi edisi terbaru, ruang yang nyaman dan petugas yang profesional. Produk juga harus mempunyai nama (brand) untuk membedakan dengan produk sejenis dan mengingatkan konsumen atas nama produk yang dikonsumsinya. Misalnya layanan internet di perpustakaan diberi nama khusus VICE singkatan dari Virtual Cepat, jadi ketika pemakai datang ke perpustakaan cukup menyebut VICE untuk layanan internet.
3. Place
Tempat juga mempunyai peran menentukan bagi berhasilnya sebuah produk di pasar. Gedung perpustakaan yang strategis dan mudah diakses menjadi syarat utama agar pemustaka mau datang dan menggunakan jasa perpustakaan yang ditawarkan.
4. Price
Perang harga sudah menjadi pemandangan umum dalam pemasaran produk। Sebagai contoh operator telepon selular, setiap hari menggoda konsumen dengan fasilitas dengan harga murah. Perpustakaan selama ini dikenal sebagai lembaga non-profit yang menggratiskan setiap layanan yang diberikan. Kondisi ini memberikan lebih banyak dampak negatifnya, karena pengelola menjadi kurang semangat dan serius meberikan layanan terbaiknya. Sementara pemustaka kurang menghargai nilai suatu layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Sebaiknya perpustakaan sudah mulai berfikir untuk menggunakan tarif pada layanan tertentu kepada pemustaka.
Proses pemasaran perpustakaan adalah rangkaian kegiatan yang berawal dari:
· menganalisa kebutuhan pemakai
· membangun komunikasi perpustakaan dengan pemakai
· penyajian produk untuk memenuhi kebutuhan.
Pemasaran adalah seni meramu 5P, yaitu:
1. People
Semua aktifitas pada dasarnya sangat tergantung pada orang yang melakukannya. Oleh karena itu pada setiap organisasi, investasi paling besar adalah dialokasikan pada pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Ada 2 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen perpustakaan dalam hal membentuk SDM tangguh, yaitu:
· harus mempunyai kompetensi di bidangnya yang tercermin pada tingkat dan jenis pendidikan yang telah diraihnya.
· harus mempunyai komitmen bagi kemajuan organisasi yang menaunginya.
2. Product
Dalam konteks perpustakaan, produk adalah jasa yang ditawarkan, seperti koleksi, jasa rujukan, internet, dll. Produk mempunyai siklus normatif yaitu mulai dari lahir, berkembang, mencapai puncak, kemudian meredup. Koleksi yang dimiliki perpustakaan juga mempunyai siklus hidup. Sebuah buku bisa mengalami peminjaman yang sangat tinggi pada waktu tertentu, kemudian setelah beberapa waktu tidak lagi dibutuhkan oleh pemustaka.
Untuk mempunyai siklus yang panjang, sebuah produk harus mempunyai atribut (karakteristik yang melekat). Misalnya jasa rujukan, mempunyai atribut koleksi edisi terbaru, ruang yang nyaman dan petugas yang profesional. Produk juga harus mempunyai nama (brand) untuk membedakan dengan produk sejenis dan mengingatkan konsumen atas nama produk yang dikonsumsinya. Misalnya layanan internet di perpustakaan diberi nama khusus VICE singkatan dari Virtual Cepat, jadi ketika pemakai datang ke perpustakaan cukup menyebut VICE untuk layanan internet.
3. Place
Tempat juga mempunyai peran menentukan bagi berhasilnya sebuah produk di pasar. Gedung perpustakaan yang strategis dan mudah diakses menjadi syarat utama agar pemustaka mau datang dan menggunakan jasa perpustakaan yang ditawarkan.
4. Price
Perang harga sudah menjadi pemandangan umum dalam pemasaran produk। Sebagai contoh operator telepon selular, setiap hari menggoda konsumen dengan fasilitas dengan harga murah. Perpustakaan selama ini dikenal sebagai lembaga non-profit yang menggratiskan setiap layanan yang diberikan. Kondisi ini memberikan lebih banyak dampak negatifnya, karena pengelola menjadi kurang semangat dan serius meberikan layanan terbaiknya. Sementara pemustaka kurang menghargai nilai suatu layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Sebaiknya perpustakaan sudah mulai berfikir untuk menggunakan tarif pada layanan tertentu kepada pemustaka.
5. Promotion
Promosi pada intinya adalah memberikan informasi yang menguntungkan bagi organisasi kepada pelanggan. Kebanyakan perpustakaan lemah dalam kegiatan promosi dikarenakan pemikiran “product oriented” yang berakibat pengelola perpustakaan dan pustakawan befikir bahwa, mereka yang dibutuhkan pelanggan, bukan mereka yang membutuhkan pelanggan. Cara berfikir seperti ini mengakibatkan pengelola perpustakaan enggan memberikan layanan yang terbaik. Sementara itu pada kenyataannya sekarang ini, pelanggan telah mempunyai alternatif sumber informasi yaitu internet.
Bagaimana Perpustakaan ke Depan?
Melihat perkembangan, keberadaan dan pemakaian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin canggih, mudah dan murah di Indonesia, diperkirakan dalam waktu dekat perpustakaan akan kedatangan “tamu baru”. Mereka mempunyai keterampilan dan peralatan TIK yang baik dan cara pandang terhadap perpustakaan yang berbeda baik sebagai tempat, layanan, format koleksi dan kemampuan pustakawan.
Tamu baru tersebut lebih canggih dalam berteknologi, lebih cenderung bekerja dalam kelompok, dan lebih terbuka bagi pembelajaran bebasis masalah. Mereka menuntut perpustakaan untuk memberikan lingkungan belajar yang berbeda untuk mendukung tugas, belajar dan riset. Mereka datang ke perpustakaan bukan untuk mengakses informasi, tetapi untuk menghemat waktu atau mendapatkan layanan informasi yang mempunyai nilai tambah.
a. Pemustaka akan menuntut ruangan nyaman untuk berfikir dan bekerja yang kondusif, didukung oleh fasilitas teknologi informasi terkini, ruang duduk dirancang untuk penggunaan peralatan nirkabel
b. Perpustakaan akan muncul sebagai pusat manajemen pengetahuan (knowledge management center), yang mendukung berbagai kegiatan dari penciptaan pengetahuan sampai utilitasi pengetahuan.
c. Perpustakaan harus memberikan layanan online ke berbagai informasi digital dan mengarsipkan informasi digital untuk organisasinya bekerjasama dengan divisi teknologi informasi.
d. Titik layanan berubah dari melayani pemustaka dengan koleksi, menjadi titik layanan konsultasi untuk pemustaka.
Sumber: Fuad Gani, SS. MA.
yang disampaikan pada Seminar & Workshop Nasional “How to Market the Hybrid Libraries” 24 – 25 Nopember 2011 di Auditorium Perpustakaan UI Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar