Potret Kesederhanaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Gelas pecah ditambal oleh Nabi
Anas bin Malik
radhiallahu’anhu mengatakan:
أنَّ قَدَحَ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ انكسرَ ، فاتخذَ مكان الشَّعْبِ سلسلةً من فضةٍ
“
Gelas Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pecah. Kemudian beliau menambal bagian pangkal gagangnya dengan perak” (HR. Bukhari no. 3109).
Sebagian
kita mungkin memiliki gelas-gelas yang cantik dan menarik. Ketika
retak, atau pecah, maka biasanya tak lagi berselera untuk memakainya dan
akan berpikir untuk menggantinya dengan yang baru. Namun ternyata tidak
dengan Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, gelas yang pecah ditambal boleh beliau. Betapa sederhananya.
Sederhananya cara berpakaian Nabi
Dalam
suatu hadits Bukhari-Muslim, diceritakan tentang seorang Arab Badwi
(daerah gurun/desa pinggiran) yang mengajukan beberapa pertanyaan
penting dan mendasar kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, ketika beliau sedang berkumpul bersama para sahabatnya di masjid.
Baca Juga: Kisah Perginya Rasulullah Ke Syam Bersama Abu Thalib
Namun yang menarik, perhatikan bagaimana ketika orang Badwi ini masuk ke masjid. Dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
بَيْنَمَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَصْحَابِهِ جَاءَهُمْ
رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَقَالَ: أَيُّكُمُ ابْنُ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ؟
“Ketika Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam sedang
bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki Badwi lalu bertanya:
‘siapakah diantara kalian yang merupakan cucu Abdul Muthalib?’”
Dalam riwayat lain:
بينما
نحن جلوسٌ مع النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم في المسجدِ، دخل رجلٌ على
جَمَلٍ، فأناخه في المسجدِ ثم عَقَلَهُ، ثم قال لهم : أَيُّكم مُحَمَّدٌ ؟
“Ketika Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam sedang
bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki sambil menunggang
unta, lalu ia meminggirkan untanya di masjid kemudian mengikatnya. Ia
bertanya: ‘siapakah diantara kalian yang bernama Muhammad?” (HR. Bukhari
no. 63, Muslim no. 12).
Jadi lelaki Badwi ini hendak mencari Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam,
seorang Rasul, namun dia melihat tidak ada orang penampilannya mencolok
atau beda sendiri. Sehingga dia perlu untuk bertanya. Ini menunjukkan
bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam berbusana dan
berpenampilan sebagaimana para sahabat, tidak beda sendiri, tidak
mencolok perhatian, walaupun beliau seorang yang paling mulia di antara
mereka.
Nabi meminta rezeki sekedar yang memenuhi kebutuhan pokok
Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam meminta rezeki kepada Allah bagi
keluarganya sekedar makanan yang pas memenuhi kebutuhan pokok, bukan
harta yang berlimpah ruah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا
“
Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim, no. 1055).
Beliau
juga menegaskan bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan pokok seseorang di
hari ia bangun dari tidurnya, itu sudah kenikmatan yang luar biasa.
Beliau
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن أصبحَ مِنكُم آمِنًا في سِرْبِه ، مُعافًى في جسَدِهِ ، عندَهُ قُوتُ يَومِه ، فَكأنَّمَا حِيزَتْ له الدُّنْيا
“
Barangsiapa
bangun di pagi hari dalam keadaan merasakan aman pada dirinya, sehat
badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah
seluruhnya dunia dikuasakan kepadanya” (HR. Tirmidzi no.2346, dishahihkan Al Albani dalam
Silsilah Ash Shahihah, no. 2318).
Sebagian
kita memiliki persediaan makanan bahkan tidak hanya untuk hari ini,
bahkan beberapa hari ke depan, atau bahkan sampai berbulan-bulan ke
depan. Belum lagi harta dalam bentuk lain yang bisa ia gunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok dan juga kebutuhan tersier (tambahan). Namun
ternyata tidak demikian dengan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, justru
rezeki beliau sebatas kebutuhan pokok saja.
Baca juga : Benarkah Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib Poligami?
Nabi tidak pernah mendapati banyak makanan dalam kesehariannya
Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam dan
keluarga tidak mendapati makanan yang melimpah dalam kesehariannya.
Namun hanya sekedar tidak kelaparan dan terpenuhinya kebutuhan pokok,
sebagaimana dalam hadits-hadits yang sebelumnya.
Dari Malik bin Dinar radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ
“Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak
pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan
daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai
kenyang)” (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail no. 70, dishahihkan Al Albani
dalam Mukhtashar Asy-Syama’il Al-Muhammadiyah no. 109).
Biasanya
sekali dalam dua atau tiga hari beliau dan keluarga baru merasakan
kenyang. Itu pun sekedar makan roti gandum, makanan yang sangat
sederhana. Aisyah
radhiallahu’anha mengatakan:
ما شبِعَ آلُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من خُبزِ بُرٍّ مَأدومٍ ثلاثةَ أيامٍ حتى لحِقَ باللهِ
“Keluarga Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum yang diberi
idam (semacam kuah) dalam tiga hari, sampai ia bertemu dengan Allah (wafat)” (HR. Bukhari no. 5423, Muslim no. 2970).
Dalam riwayat lain:
ما شبع آلُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ من خبزِ شعيرٍ ، يومَين مُتتابِعَينِ ، حتى قُبِضَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
“Keluarga Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak
pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum dalam dua hari,
sampai beliau wafat” (HR. Bukhari no. 6454, Muslim no. 2970).
Sebagian
kita setiap hari merasakan kenyang bahkan tidak hanya sekali, namun
berkali-kali dalam satu hari. Karena melimpahnya makanan yang kita
dapati. Namun sangat sederhananya kehidupan Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam sampai-sampai hanya merasakan kenyang hanya sekali dalam dua
hari atau tiga hari.
Terkadang keluarga Nabi tidak mendapati makanan di suatu hari
Dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan:
قال
لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، ذاتَ يومٍ يا عائشةُ ! هل
عندكم شيٌء ؟ قالت فقلتُ : يا رسولَ اللهِ ! ما عندنا شيٌء قال فإني صائمٌ
“
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai
Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)’. Aku
menjawab: ‘wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatupun (untuk
dimakan)’. Beliau lalu bersabda: ‘kalau begitu aku akan puasa’” (HR. Muslim no. 1154).
Dari Nu’man bin Basyir
radhiallahu’anhu, beliau berkata kepada para sahabat yang lain:
ألستُم في طعامٍ وشرابٍ ما شئتُم ؟ لقد رأيتُ نبيَّكم صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وما يجِدُ من الدَّقَلِ ، ما يملأُ به بطنَه
“
Bukankah
kalian bisa makan dan minum semau kalian? Sungguh aku melihat Nabi
kalian Shallallahu’alaihi Wasallam tidak memiliki daql (kurma yang sudah
kurang bagus) sama sekali. Dan tidak ada makanan yang bisa memenuhi
perutnya” (HR. Muslim no. 2977).
Ternyata Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak selalu memiliki makanan setiap harinya, bahkan makanan yang sederhana sekalipun. Tidak sebagaimana kebanyakan kita yang –
walhamdulillah– masih bisa mendapati makanan setiap hari bahkan hingga mengenyangkan perut kita.
Baca Juga: Inilah Kisah-Kisah Unik Sarat Faidah
Istri Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, Ummul Mukminin Aisyah
radhiallallahu’anha juga mengatakan:
كان يأتي علينا الشهرُ ما نوقِدُ فيه نارًا، إنما هو التمرُ والماءُ، إلا أن نؤتى باللُّحَيمِ
“
Pernah
kami melalui suatu bulan yang ketika itu kami tidak menyalakan api
sekali pun. Yang kami miliki hanya kurma dan air. Kecuali ada yang
memberi kami hadiah berupa potongan daging kecil untuk dimakan” (HR. Bukhari no. 6458, Muslim no. 2282).
Sederhananya sandal Nabi
Sandal
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bukanlah sandal para raja dan kaisar.
Namun sekedar sandal jepit biasa yang terbuat dari kulit. Dari Anas bin
Malik
radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
أنَّ نعلَي النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ كان لهما قِبالانِ
“
Sandal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memiliki dua tali ikatan” (HR. Bukhari no. 5857).
Dalam riwayat lain:
أخرج
إلينا أنسٌ نعلينِ جرداويْنِ لهما قِبَالانِ . فحدَّثني ثابتُ البنانيُّ
بعدُ عن أنسٍ : أنَّهما نعلا النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ
“
Suatu
hari Anas bin Malik keluar rumah menemui kami, ia memakai sandal kulit
yang tidak berbulu dan terdapat dua tali ikatan. Tsabit Al Bunani
menuturkan kepadaku, dari Anas bin Malik, beliau berkata: dua sandal
tersebut adalah milik Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam” (HR. Bukhari no. 3170).
Sederhananya tempat tidur Nabi
Tempat tidur yang digunakan Nabi
Shallallahu’alahi Wasallam sangat sederhana, terbuat dari kulit yang diisi oleh sabut atau dedaunan. Dari Aisyah
radhiallahu’anha:
كان فِراشُ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من أدَمٍ، وحَشوُه من لِيفٍ
“
Tempat tidur Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dari kulit yang diisi dengan sabut” (HR. Bukhari no. 6456, Muslim no. 2082).
Dan
terkadang beliau juga tidur di atas tikar yang terbuat dari dedaunan,
sehingga berbekas di kulit beliau jika tidur di atasnya. Dalam hadits
Ibnu ‘Abbas
radhiallahu’anhuma:
دَخلَ
عمرُ بنُ الخطَّابِ رضيَ اللَّهُ عنهُ علَى النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ
وسلَّمَ وَهوَ علَى حَصيرٍ قد أثَّرَ في جنبِهِ فقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ،
لوِ اتَّخذتَ فِراشًا أَوثرَ مِن هذا فقالَ: ما لي ولِلدُّنيا وما
لِلدُّنيا وما لي، والَّذي نَفسي بيدِهِ ما مَثَلي ومَثَلُ الدُّنيا إلَّا
كَراكبٍ سارَ في يَومٍ صائفٍ فاستَظلَّ تحتَ شَجرةٍ ساعةً من نَهارٍ ثمَّ
راحَ وترَكَها
“Umar bin Khattab datang ketika beliau sedang
tidur di atas tikar yang membuat bekas pada kulit beliau di bagian
sisi. Sontak Umar pun berkata: “Wahai Nabi Allah! Andaikan engkau
menggunakan permadani tentu lebih baik dari tikar ini”. Maka beliau pun
bersabda: “Apa urusanku terhadap dunia? Permisalan antara aku dengan
dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di siang
hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa
saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu meninggalkannya”
(HR. At Tirmidzi 2/60, Al Hakim 4/310, Ibnu Majah 2/526. dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/800).
Sederhananya rumah Nabi
Rumah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sederhana. Sehingga jika istri
beliau, Aisyah radhiallahu ta’ala an’ha, tidur di sana maka sebagian
tubuhnya menghalangi Nabi yang sedang shalat. Dari Aisyah radhiyallahu
anha, istri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia berkata,
كُنْتُ
أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَرِجْلاَيَ
فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ فَإِذَا
قَامَ بَسَطْتُهُمَا
“Aku tidur di depan Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang sedang shalat-pen), dan kedua kakiku
pada kiblat beliau. Jika beliau hendak bersujud, beliau menyentuhku
dengan jarinya, lalu aku menarik kedua kakiku. Jika beliau telah
berdiri, aku meluruskan kedua kakiku” (HR. Bukhari no. 382, Muslim no.
512).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata,
فَقَدْتُ
رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةً مِنْ الْفِرَاشِ
فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِيْ عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي
الْمَسْجِدِ
“Suatu malam aku kehilangan Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidur, kemudian aku
mencarinya, lalu tanganku mengenai kedua telapak kaki beliau sebelah
dalam ketika beliau sedang di tempat sujud” (HR. Muslim no. 486).
Baca Juga: Kisah Menakjubkan Ummu Sulaim Saat Ditinggal Mati Anaknya
Nabi tidak meninggalkan warisan berupa harta
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak meninggalkan warisan harta bagi keluarganya. Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia mengatakan:
ما ترك رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ دينارًا ، ولا درهمًا ، ولا شاةً ، ولا بعيرًا ، ولا أوصى بشيءٍ
“Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak meninggalkan dinar, dirham, kambing
atau unta. Dan tidak memberikan wasiat harta kepada siapapun” (HR.
Muslim no. 1256).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri bersabda:
إِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Namun mereka mewariskan
ilmu. Barangsiapa menuntut ilmu ia telah mengambil warisan para Nabi
dengan jumlah banyak”
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
أن
فاطمةَ والعباسَ عليهما السلامُ، أتيا أبا بكرٍ يلتمسان ميراثُهما من
رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وهما حينئذٍ يطلبان أرضيهما من فدَكَ،
وسهمهما من خيبرَ، فقال لهما أبو بكرٍ: سمعتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه
وسلم يقولُ: لا نُورثُ، ما تركنا صدقةٌ، إنما يأكلُ آلُ محمدٍ من هذا
المالِ
“Fathimah dan Al Abbas ‘alaihimassalam datang kepada
Abu Bakar (sepeninggal Nabi). Kemudian keduanya menanyakan mengenai
jatah warisan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu sebidang
tanah di Fadak dan juga di Khaibar. Maka Abu Bakar berkata: aku
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “aku tidak
mewariskan harta, apa yang aku tinggalkan itu untuk sedekah”. Namun
keluarga Muhammad makan dari harta ini (ketika Nabi masih hidup)” (HR.
Bukhari no. 6725, Muslim no. 1379).
Demikianlah sekelumit
kehidupan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang sangat sederhana. Karena
akhirat adalah tujuan beliau, bukan dunia. Maka beliau tidak ada
keinginan untuk memperbanyak dunia dan bermewah-mewah di dalamnya.
Sebagaimana dalam hadits Umar di atas, beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ما
لي ولِلدُّنيا وما لِلدُّنيا وما لي، والَّذي نَفسي بيدِهِ ما مَثَلي
ومَثَلُ الدُّنيا إلَّا كَراكبٍ سارَ في يَومٍ صائفٍ فاستَظلَّ تحتَ شَجرةٍ
ساعةً من نَهارٍ ثمَّ راحَ وترَكَه
“Apa urusanku terhadap
dunia? Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang
berkendaraan menempuh perjalanan di siang hari yang panas terik, lalu ia
mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian
ia istirahat di sana lalu meninggalkannya” (HR. At Tirmidzi 2/60, Al
Hakim 4/310, Ibnu Majah 2/526. dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah 1/800).
Washallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in
Baca Juga:
***
Penulis:
Yulian Purnama
Artikel:
Muslim.or.id